Suatu ketika, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berseru, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Alloh itu thoyyib (baik). Alloh tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik).” Di akhir riwayat ini, disebutkan,’Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya kelangit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku,wahai Tuhanku.”
Para ulama mengatakan bahwa orang yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini adalah seseorang yang banyak melakukan sebab-sebab terkabulnya doa, di antaranya adalah:
1. SEORANG MUSAFIR
“Ada tiga doa yang pasti dikabulkan oleh Alloh dan tidak ada keraguan di dalamnya, yaitu: doa orang yang terzalimi, doa orang yang sedang safar dan doa orang tua kepada anaknya.” (HR. Al-Bukhari didalam Al-Adab Al-Mufrad)
2. SUDAH LAMA MELAKUKAN SAFAR
Semakin lama dia bersafar, maka semakin banyak peluang untuk dikabulkan doanya.
3. DALAM KEADAAN KUSUT DAN BERDEBU
Artinya jauh dari kesombongan. Dia tidak memakai pakaian yang megah,tetapi pakaian yang sangat sederhana,dan bahkan kusut penuh dengan debu. Inilah di antara bentuk orang yang jauh dari kesombongan, di mana dalam kondisi tersebut akan lebih mudah untuk dikabulkan doanya.
“Apabila telah tiba hari ‘Arafah, maka Alloh tabaraka wa ta’ala berbangga di depan para malaikat, lalu berfirman, ‘Lihatlah, hamba hamba-Ku mereka datang kepada-Ku (di padang ‘Arafah) dalam keadaan kusut penuh dengan debu yang datang dari segala penjuru yang jauh, saksikanlah bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Al-Baihaqi no.3774 didalam Syu’abulIman)
4. MENGANGKAT TANGAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
Terkadang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat tangan hingga terlihat putih ketiak beliau, ketika berdoa. Diriwayatkan di dalam hadis dari Anas Radhiallahu’anhu berkata, “Aku melihat Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangan beliau di dalam doa, hingga terlihat putih kedua ketiaknya.”(HR.Muslimno.895)
5. TAWASUL DENGAN NAMA-NAMA ALLAH YANG AGUNG
Ia mengulang-ulanginya atau dengan mengatakan Ya Rabbi, Ya Rabbi. Sebagaimana sabda Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ,“Lalu dia menengadahkan kedua tangannya ke arah langit dan berkata, ‘Wahai Rabb-ku, WahaiRabb-ku’.” (HR.Muslim no.1015)
Orang tersebut telah memenuhi syarat-syarat dikabulkannya doa dan sudah seharusnya doanya dikabulkan. Akan tetapi, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bagaimana dikabulkan doanya?”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa sebab doanya sulit dikabulkan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala adalah karena banyak sebab, di antaranya dijelaskan oleh sabda beliau, “Makanannya dari barang yang haram,
minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram,maka bagaimanakah Alloh akan memperkenankan do’anya?”(HR.Muslimno.1015)
Kisah ini menegaskan bahwa orang tersebut sebenarnya telah melakukan sebab-sebab dikabulkannya do’a, namun sayang, do’anya terhalang karena sesuatu yang haram. Maka ketika kita menginginkan do’a dikabulkan, mulailah dari yang halal.
Suatu saat, Sahabat Sa’ad bin Abi Waqos Radhiallahu’anhu pernah ditanya, “Mengapa doa Anda termasuk doa-doa sahabat Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Yang selalu dikabulkan Alloh?”
Sa’ad menjawab, “Aku tidak mengangkat sesuatu pun makanan ke mulutku kecuali aku tahu dari mana datangnya dan ke mana ia dikeluarkan.”(Jami’Al-‘UlumwalHikam,1:275)
PENGARUH MAKANAN YANG HALAL DALAM KEHIDUPAN
Selain sebagai kunci dikabulkannya do’a, ada banyak pengaruh positif lainnya dari makanan yang halal,diantaranya:
1. PENGOBAR SEMANGAT BERAMAL SHOLEH
Firman Alloh yang artinya, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thoyyib (yangbaik), dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Al-Mu’minun:51) Sa’id bin Jubair dan Adh Dhohak mengatakan bahwa yang dimaksud makanan yang thoyyib adalah makanan yang halal. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir,10:126)
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Alloh Ta’ala pada ayat ini memerintahkan para rasul ‘alaihimush sholaatu was salaam untuk memakan makanan yang halal dan beramal sholeh. Penyandingan dua perintah ini adalah isyarat bahwa makanan halal adalah pembangkit amal shaleh. Oleh karena itu, para Nabi benar-benar memperhatikan bagaimana memperoleh yang halal. Para Nabi mencontohkan pada kita kebaikan dengan perkataan, amalan,teladan dan nasehat .Semoga Alloh memberipada merekabalasan karena telah memberi contoh yang baik pada para hamba.”(TafsirAlQur’anAl’Azhim, 10:126)
Sahl AT- tustari Rahimahullah Mengatakan
“Barang siapa yang mengonsumsi makanan haram, maka anggota tubuhnya akan tergerak melaksanakan kemaksiatan, baik ia berkenan ataupun tidak, baik ia mengetahui ataupun tidak; dan barangsiapa yang makanannya halal, maka anggota tubuhnya akan tergerak untuk melaksanakan ketaatan, dan akan diberi pertolongan untuk melakukan kebaikan.” (AlGhazali, Ihyâ’ Ulûmiddîn, [Beirut, Dârul Fikr], halaman104)
2. MENJADI SEBAB DIBERI KETURUNAN YANG SHOLEH
Syekh Abdul Qadir al-Jilani Rahhimahullah berkata, “Tatkala tampak tanda-tanda kehamilan wanita, hendaknya suami menjaga makanannya dari yang haram dan yang syubhat agar anaknnya dapat terbentuk atas fondasi dimana setan tidak dapat menjangkaunya. Alangkah baiknya jika kebiasaan menghindar dari makanan haram dan syubhat dimulai saat prosesi pernikahan dan terus berlangsung sampai kelahiran anak,agar suami itu, istri dan anak-anaknya nanti selamat dari godaan setan didunia dan selamat dari neraka di akhirat kelak. Dengan melakukan hal tersebut,anak akan lahir sebagai anak yang salih, berbakti pada kedua orang tua dan taat kepada Tuhannya. Semua itu karena barokah menjaga makanan (dari yang haram dan syubhat).” (Abdul Qadir al-Jilani, alGhunyah, [Beirut, Dârul Kutubil ‘Ilmiyyah: 1997], juzI,halaman103-104)
3. MAKANAN YANG HAALAL JUGA BERPENGARUH TERHADAP KESEHATAN TUBUH
Yunus bin Ubaid Rahimahullah menyampaikan pengalaman hidupnya, “Kalau saja kami memiliki uang satu dirham dari yang halal,tentu akan kami belikan gandum yang akan kami tumbuk dan kami sajikan untuk kami. Setiap orang sakit yang dokter tidak mampu mengobatinya, maka kami obati dengan gandum yang kami dapatkan dari uang halal,lalu ia pun sembuh dari penyakitnya saat itu juga.” (Abdul Wahab as-Sya’rani, Tanbîhul Mughtarrîn, [Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2002],halaman240)
TELADAN PANUTAN UMMAT SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM
1. NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM
Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, dari Nabi Muhammd Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Sungguh aku pulang ke rumahku, lalu aku dapati ada sebutir kurma yang jatuh di atas tempat tidurku, lalu aku memungutnya untuk aku makan,namun aku khawatir jika saja kurma tersebut bagian dari sedekah,maka aku membuangnya.” (HR Al-Bukhari 2431 dan Muslim no.1070)
2. ABU BAKAR ASH-SHIDIQ RADHIALLAHU’ANHU
“Abu Bakarzmemiliki seorang budak yang Bekerja untuknya dan beliau memakan dari hasil kerja budaknya. Pada suatu hari budak tersebut datang dengan membawa suatu makanan darinya, maka Abu Bakar radhiallahu ‘anhu memakan darinya. Tiba-tiba budak tersebut berkata kepadanya, ‘Tahukah engkau apa ini?’ lalu Abu Bakar berkata, ‘Apa itu?’ Budak tersebut berkata,’Dahuluakupernahberpurapura menjadi dukun kepada seseorang pada zaman jahiliyah, padahal aku tidak pandai dalam hal perdukunan, melainkan aku menipunya, lalu dia menemuiku dan memberiku sesuatu sebab hal tersebut, dan inilah yang telah engkau makan’. Setelah itu, Abu Bakr memasukkan tangannya ke dalam mulutnya dan memuntahkan seluruh isi dari perutnya.” (HR.Bukharino.3842)
Dalam riwayat yang lain Abu Bakr Radhiallahu’anhu berkata, “Seandainya makanan itu tidak bisa keluar dari perutku kecuali jika bersama nyawaku, maka aku akan mengeluarkannya.” (Hilyatul Auliya’1/31)