BEROBATLAH DENGAN AL-QU’AN

Serasa mimpi, hampir dua tahun kita berada di masa pandemi. Namun bagian dari yang kita yakini, semua ini terjadi atas seijin Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Maa syaa Allahu kaana wa man lam yasya’ lam yakun (apa yang dikehendaki Allah, pasti terjadi. Dan apa yang tidak dikehendakinya pasti tidak akan pernah terjadi).

Sebagai bagian dari ikhtiar, ketika kita terkena wabah, kitapun berobat dengan cara yang halal. Namun ada hal yang seharusnya tidak diabaikan oleh kita, yakni lebih intensif berinteraksi dengan Al-Qur’an. Dari sekian hikmah diturunkan Al-Qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan Sebagai syifa'(obat).

Setidaknya ada tiga ayat yang menyebut Al-Qur’an sebagai syifa’. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Yunus:57)

Dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan.” (Fushilat: 44)

Di ayat lainnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi syifa’ dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al-Isra’: 82)

Rasulullah pun bersabda yang artinya :  “ Gunakanlah dua jenis terapi penyembuhan; madu dan Al-Qur’an.” (HR IbnuMajah)

Mengobati Penyakit Syahwat dan Syubhat

Intensif berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah cara agar kita selamat dari fitnah syahwat dan syubhat. Rasulullah pernah menyampaikan ke khawatiraَnnya:

“Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan atas kalian adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut dan kemaluan kalian serta fitnah-fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ahmad)

Ketika menjelaskan Firman Allah Subhanhu Wa Ta’ala dalam surat Yunus ayat 57 di atas, Ibnu Katsir Rahimahullah  mengatakan, “Syifa bagi penyakit-penyakit dalam dada” artinya, penyakit syubhat dan keraguan. Hatinya dibersihkan dari setiap najis dan kotoran.”(Tafsir IbnuKatsir, 4/274)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah juga berkata, “Al-Quran adalah penyembuh bagi semua penyakit hati. Baik berupa penyakit syahwat yang menghalangi manusia untuk taat kepada syariat. Atau penyakit Syubhat, yang mengotori aqidah dan keyakinan. Karena dalam Al-Quran terdapat nasehat, motivasi, peringatan, janji, dan ancaman, yang akan memicu perasaan harap dan sekaligus takut, bagi para hamba.” (Tafsir Taisir minkarimir-rahman,hlm.366)

Ibnul Qayyim Rahimahullah menyampaikan nasehat kepada kita agar mendapatkan faedah yang sempurna ketika seseorang berinteraksi dengan Al-Qur’an, “Apabila engkau ingin memetik manfaat dari AlQur’an, maka fokuskan hatimu saat membaca dan mendengarkannya. Pasang baik-baik telingamu dan posisikanlah diri seperti posisi orang yang diajak bicara langsung oleh Dzat yang memfirmankannya. Al-Qur’an ini makin sempurna pengaruhnya bergantung pada faktor pemberi pengaruh yang efektif, tempat yang kondusif, terpenuhinya syarat, terwujudnya pengaruh, dan ketiadaan faktor yang menghalanginya. Semua ini telah terkandung dalam firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”. (Qaf:37)

Bila ada faktor pengaruh yaitu AlQur’an, tempat yang kondusif yaitu hati yang hidup, syarat juga terpenuhi yaitu mendengarkan dengan seksama, faktor penghalang tidak ada yaitu kelalaian dan memahami maksud ucapan, dan berpaling pada sesuatu yang lain, niscaya muncul pengaruh, yaitu kemampuan mengambil manfaat dan mengambil peringatan.” (Al-fawa’id Ibnul-Qayyim Al-Jauziyah hal. 3)

Al-Qur’an dan Kesehatan Jasmani

Makna Syifa’ yang dikaitkan dengan AlQur’an kata Ibnul-Jauzi tmemiliki tiga makna. Beliau berkata, “Kesembuhan yang dikandung Alquran ada tiga macam. Pertama, kesembuhan dari kesesatan karena di dalamnya ada petunjuk. Kedua, kesembuhan dari penyakit karena di dalamnya sarat keberkahan. Ketiga, kesembuhan dari kebodohan karena di dalamnya banyak penjelasan tentang kewajiban dan hukum.”(KitabTafsir Zadul Masir: 3/49)

Sebagai contoh, mari kita cermati kisah para shahabat yang disebutkan dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri RA , bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam dahulu berada dalam safar (perjalanan jauh), lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah karena pembesar kampung tersebut tersengat binatangatauterserangdemam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.”

Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al-Fatihah. Akhirnya, pembesar tersebut sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan-, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam . Lalu ia mendatangi Nabi Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al-Fatihah.” Rasulullah lantas tersenyum dan berkata “Bagaimana engkau bisa tahu Al Fatihah adalah ruqyah (bisa digunakan untuk meruqyah)?” Beliau pun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untuk kuse bagiannya bersama kalian.”

Ibnul-Qayyim Rahimahullah pun berkata, “Al-Qur`an adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat. Dan tidaklah setiap orang diberi keahlian dan taufiq untuk menjadikannya sebagai obat. Jika seorang yang sakit konsisten berobat dengannya dan meletakkan pada sakitnya dengan penuh kejujuran dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang kokoh, dan menyempurnakan syaratnya, niscaya penyakit apapun tidak akan mampu menghadapinya selama-lamanya.

Bagaimana mungkin penyakit tersebut mampu menghadapi firman Dzat yang memiliki langit dan bumi. Jika diturunkan kepada gunung, maka ia akan menghancurkannya. Atau diturunkan kepada bumi, maka ia akan membelahnya. Maka tidak satu pun jenis penyakit, baik penyakit hati maupun jasmani, melainkan dalam Al-Qur`an ada cara yang membimbing kepada obat dan sebab (kesembuhan)nya.”(ZadulMa’ad,4/352)

Syekh Abdurrahman bin Nashir AsSa’diَ Rahimahullah  juga berkata:

Ketika hati itu sehat, tidak banyak berisi penyakit syahwat dan syubhat, keadaannya akan diikuti oleh anggota badannya. Karena anggota badan akan jadi baik, disebabkan kebaikan hati. Dan menjadi rusak,disebabkan rusaknya hati. (TafsirTaisirminkarimir-rahman,hlm.366)

Mengakhiri tulisan ini, kami kutipkan perkataan Ibnul-Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah . Beliau berkata : “Allah tidak menurunkan dari langit obat yang paling banyak khasiatnya, paling manjur, paling dahsyat, dan paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit melebihi Al Quran.”(Kitabad-Da’uwadDawa’6)

Di masa pandemi ini, mari kita lebih intensif berinteraksi dengan Al-Qur’an. Dengan berkahnya, kita berharap kesembuhan dari Allah Subhabnahu Wa Ta’ala ,zat yang maha menyembuhkan.

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori
Share