suatu ketika Ummul Mukminin, Aisyah bertanya kepada Nabi , ‘Wahai Rosululloh, adakah kewajiban jihad bagi wanita?’ Rosululloh menjawab: “Ya, jihad yang tidak ada perangnya. Yaitu haji dan umrah.”(HR.Ahmad dan Ibnu Hibban)
Dalam riwayat lain dikatakan,Aisyah pernah bertanya, ‘Bukankah jihad itu sebaik-baiknya perbuatan, maka tidakkah kita berjihad?’ Nabi bersabda:“Akan tetapi sebaik-baiknya jihad adalah haji mabrur.”(HR.Al-BukhoriMuslim)
Pernah juga seorang sahabat bertanya kepada Nabi , ‘Amal apakah yang paling utama? Nabi menjawab, “Iman kepada Alloh dan Rasul-Nya.” Kemudian Nabi ditanya lagi’Apakah setelah itu?’ Nabi menjawab, “Jihad di jalan Alloh.” Nabi ditanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, “Haji Mabrur.”(HR.Al-Bukhori)
Hubungan antara Haji dan Jihad Kata haji identik dengan rukun Islam kelima, ia merupakan ibadah ritual yang diwajibkan bagi yang mampu. Waktu tempat dan tata cara ibadahnya sudah ditentukan oleh syari’at.
Sedangkan jihad lebih identik dengan medan perang, perjuangan fisik melawan kaum kafir demi menegakkan kalimat Alloh dimuka bumi. Ia diwajibkan bagi setiap individu muslim. Meskipun dengan kedudukan fardlu kifayah, akan tetapi kewajiban jihad mempunyai perhatian dan penekanan tersendiri dari Rosululloh.
Rosulullohnbersabda:“Barang siapa yang mati sedangkan ia belum pernah berperang (jihad) dan tidak pernah punya niat untuk berperang, maka ia mati dalam keadaan munafiq.” (HR. Muslim dan AbuDaud)
Mendengar kata haji, maka yang terbayang oleh kita adalah serangkaian prosesi ibadah mulai dari ihram, thawaf, sa’i, mabit dimina, wuquf di Arafah, mabit di Muzdalifa melempar jumrah danyang lainnya.
Sedangkan mendengar kata jihad maka yang terbayang oleh kita adalah meda pertempuran antara kaum muslimin melawan kaum kuffar.
Akan tetapi jika kita memperhatikan dialog antara bunda Aisyah dengan Nabi , diperkuat dengan dialog antara Nabi dengan salah seorang sahabat tentang perbuatan yang utama, maka haji dengan jihad sangat erat kaitannya. Bahkan haji bagi wanita, kedudukannya disamakan dengan jihad.
Dari sini kita bisa mendapatkan kesimpulan, bahwa tidak semata-mata Rosulullohnmengatakan bahwa haji itu sebaik-baiknya jihad –setidaknya untuk kaum hawa- kalau tidak ada titik temu antara keduanya.
Berbagai Ragam Jihad
Kata jihad menurut bahasa, adalah masdar dari jaahada yang berarti, ‘Istifragh al-wus’i fi mudafa’atil ‘aduw,’ yaitu mencurahkan segala kemampuan dalam menghadapi musuh.
Sedangkan menurut istilah, jihad berarti, ‘Badzlul juhdi fi qitalil kuffar,’ yaitu berjuang
dalam memerangi orang kafir. Bisa juga berarti ‘Mujahadatunnafs was syaithan wal
fussaq,’ yakni berjuang melawan diri sendiri,syaitandanorang-orang fasikBerbagai Ragam Jihad Kata jihad menurut bahasa, adalah masdar dari jaahada yang berarti, ‘Istifragh al-wus’i fi mudafa’atil ‘aduw,’ yaitu mencurahkan segala kemampuan dalam menghadapi musuh.
Sedangkan menurut istilah, jihad berarti, ‘Badzlul juhdi fi qitalil kuffar,’ yaitu berjuang dalam memerangi orang kafir. Bisa juga berarti ‘Mujahadatunnafs was syaithan wal fussaq,’ yakni berjuang melawan diri sendiri,syaitandanorang-orang fasik.
Adapun berjuang melawan diri sendiri, yaitu dengan cara mempelajari ilmu-ilmu agama, mengamalkan dan mengajarkannya kembali kepada orang lain. Berjuang melawan syaithan, dengan cara menolak segala tipu daya dan bujuk rayunya. Adapun berjuang melawan orang kafir dan fasik bisa dengan menggunakan kekuatan fisik, harta, lisan atau hati. (Said Abu Jaib, alQamusAl-Fiqhi:71)
Alloh Subhanahuwa ta’ala berfirman ;
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Alloh dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh, mereka itulah orang-orang yang benar.” (AlHujurat:15)
Menurut Ibnu Katsir , ‘Yang dimaksud dengan wajaahadu fisabilillahi bi amwalihim wa anfusihim adalah mengorbankan jiwa dan harta paling berharga yang mereka miliki dalam ta’at kepada Alloh dan mengharap ridha-Nya. Inti dari jihad itu sendiri menurut Sayyid Qutb dalam fi Dhilalil Qur’annya adalah memerangi kehidupan jahiliyyah yangsenantiasa merongrong kemurnian nilai luhur keimanan yang ada dalam diri, hingga dapat merealisasikan nilai luhur keimanan tersebut dalam kehidupan nyata dan dalam pergaulan antarra sesama manusia secara sempurna.
Adalah kurang tepat jika ada anggapan bahwa jihad terbatas pada medan perang fisik saja. Memang perang fisik (qital) cukup mendominasi makna dari kalimat jihad, ini ditunjukkan oleh banyaknya ayat dan hadits yang menyeru terhadap perang dijalan Alloh, dan tidak jarang itu menggunakan kata Jihad disamping kataqital.
Akan tetapi medan jihad tidak terbatas sampai disitu, ia bisa mencakup berbagai aspek kehidupan. Seperti memerangi kebodohan, mengentaskan kemiskinan, memberantas kemaksiatan, menciptakan keamanan dan ketentraman, sehingga ummat bisa melakukakan ibadah dengan tenang Ini semua adalah termasuk jihad.
Intinya, segala bentuk aktifitas muslim baik secara individu (fardli), keluarga ataupun kelompok (jama’i), baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, ataupun sosial kemasyarakatan dan seterusnya, selama itu diperjuangkan dengan sungguh sungguh, dengan mengorbankan harta dan jiwa demi menegakkan kalimah Alloh dimuka bumi, maka itulah yang Disebut jihad fisabilillah.
Rangkaian Ibadah Haji, Sarat dengan Jihad Jika jihad memiliki cakupan yang begitu luas dan membutuhkan pengorbanan harta dan jiwa, maka semua makna tersebut baik secara tersirat ataupun tersurat bisa kita dapatkan dalam kewajiban ibadah haji.
Ibadah haji hanya diwajibkan bagi yang mampu (isthitha’ah), mampu secara fisik dan finansial. Ini merupakan pendidikan jihad yang paling utama, yaitu kesiapan mengorbankan harta danjiwa(al-maalwalanfus).
Dan jika kita lihat satu persatu praktek ibadah haji, semuanya sarat dengan pendidikan jihad (tarbiyah jihadiyyah) bagi umat Islam, baik secara fardhi ataupun jama’i. Pakaian ihram yang melambangkan kepasrahan seorang hamba di hadapan robb-Nya, adalah simbol kesiapan mengorbankan jiwa.Thawaf,sa’i,danwukufmerupakan simbol latihan dan pendidikan individu dalam ketatan kepada Alloh. Melempar jumrah merupakan simbol memerangigodaansyaithon.
Ibadah haji dilakukan disatu tempat pada waktu yang sama, dalam pakaian yang sama terutama ketika wukuf di padang Arafah- menunjukkan akan persatuan dan kesatuan ummat Islam seluruh dunia, kesatuan yang dilandasi oleh kesamaan aqidah. Sebuah isyarat akan pentingnya kekompakan kaum muslimin dalam menghadapi kaum Kuffar sebagai musuh bersama.
Seluruh ibadah haji menuntut kesiapan fisik secara prima. Inipun sebuah isyarat bahwa medan jihad sesungguhnya memerlukan kekuatan fisik disamping kekuatan ruh dan akal. Rosulullohnbersabda :
“Seorang mukmin yang kuat lebih Alloh sukai dari pada seorang mukmin yang lemah, Namun pada masing-masing dari keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan menjadi lemah.” (HR. Muslim).
Masih banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari ibadah Haji ini. Akan tetapi pada intinya disamping ibadah haji itu sendiri merupakan jihad, ia pun sebagai medan latihan bagi umat Islam untuk menghadapi medan jihad s e s u n g g u h n ya . Ya i t u m e d a n kehidupan yang begitu luas. Karenanya, kesuksekan ibadah haji tidak terbatas selama berada ditanah suci.
Akan tetapi kesuksesan sesungguhnya adalah bagaimana kita bisa membawa ruh dan semangat haji itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika sebelum haji pun kita sudah dibebani kewajiban untuk berjihad, maka sepulang melaksanakan ibadah haji hendaknya kewajiban itu bisa kita laksanakan dengan baik dan sempurna.
Alloh berfirman yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?, (yaitu) kamu beriman kepada Alloh dan RasulNya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik
bagimu jika kamu mengetahuinya.” (Ash-Shaff: 10-11)