Cinta adalah salah satu sifat Alloh yang Maha Mulia lagi Maha Sempurna yaitu AlWaduud Dia lah pemilik cinta, pencipta cinta dan penganugerah cinta. Dia akan memberi cinta-Nya kepada makhluk yang dicinta-Nya. Hanya kepada-Nya dan hanya karena cinta-Nya setiap manusia saling mencintai yang sesungguhnya. Jika bukan cinta kepadaNya dan karena-Nya, tidak akan ada cinta yang sesungguhnya. Bahkan kesyirikan wujud-Nyata dari cinta yang dilakukannya.
Macam-macam Mahabbah |
Mahabbah (cinta) itu ada dua macam
Pertama; Mahabbah Musytarakah Adalah cinta berdasarkan tabiat, di mana cinta ini ada pada setiap manusia, baik ia sebagai seorang Muslim atau ia sebagai orang kafir. Seperti kesukaan pada makanan, kecintaan orang tua kepada anaknya, kecintaan suami kepada istrinya dan seterusnya. Seseorang tidak diganjar pahala atas kecintaan seperti ini melainkan jika dilandasi dengan kecintaan kepada Alloh dan Rosul-Nya.
Cinta tabiat ini dianjurkan oleh agama untuk dipelihara sehingga terjadilah cinta kepada mereka adalah sebagai pelaksanaan perintahAlloh dan tidak menghalangi cinta agama yang murni yang ditujukan kepada Alloh dan Rosul-Nya kecuali apabila cinta tabiat
tersebut melebihi cinta kepada Allohl dan Rosul-Nya sebagaimana yang Alloh firmankan yang artinya, “Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudarasaudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Alloh dan Rosul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang fasik.”(At-Taubah:24)
Ayat ini menyinggung 8 macam kecintaan yang menjadi tabiat manusia, lalu Alloh memperingatkan untuk tidak melebihkan cinta-cinta tersebut dari cinta kepada Alloh
sehingga lebih mengutamakan dari selain-Nya atau melebihkan cinta tersebut dari kecintaan kepada RosulNya sehingga meninggalkan sunnah sunnahnya atau melebihkan cinta tersebut dari berjuang di jalan Alloh , sehingga Alloh akan mengancamnya dan ia menjadi orang fasik.
Kedua; Mahabbah Ubudiyyah
Adalah cinta yang merupakan ibadah. Cinta kepada Alloh l dan Rosul-Nya disebut cinta Ubudiyyah yang menjadi dasarnya dasarnya agama Islam. Maka, dengan kesempurnaan rasa cinta kepada Alloh dan Rosul-Nya akan sempurna pula agama seseorang, dan dengan berkurangnya rasa cinta kepada keduanya akan berkurang pula agama seseorang. Alloh berfirman yang artinya, “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka mencintainya sebagaimana merekamencintaiAlloh.” (AI-Baqoroh:165) Dalam ayat iniAlloh mengabarkan, barang siapa yang mencintai selain Alloh sebagaimana mereka mencintai Alloh, maka dia berarti menjadikan tandingan (sekutu) bagi Alloh.
. Jelas ini merupakan tandingan dalam cinta, bukan dalam penciptaan dan Rububiyah (ketuhanan). Sebab siapa pun diantara penghuni dunia ini, tidak mungkin bisa menjadi tandingan dalam Rububiyah. Berbeda dengan tandingan dalam cinta. Mayoritas penghuni bumi ini telah membuat tandingan selain Alloh dalam cinta dan pengagungan. Kemudian Alloh melanjutkan Firman Nya yang artinya, “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintany akepada Alloh.”(Al-Baqoroh:165) Ada dua pendapat dalam hal ini:
Pertama, Orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Alloh, daripada cinta orangorang yang memiliki tandingan terhadap tandingan dan sesembahan yang dicintai dan diagungkan selain Alloh.
Kedua, Orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Alloh,dari pada cinta orang orang musyrik terhadap tandingan selain Alloh. Sebab cinta orang-orang mukmin adalah cinta yang murni dan tulus, sementara cinta orang- orang musyrik bisa lenyap lengan lenyapnya tandingan sesembahan.
Dua pendapat ini masih terkait dengan fiman Alloh sebelumnya, “Mereka mencintai sebagaimana berdaya. Mereka mencintai Alloh.” Ada dua makna tentang penggalanayatini:
Pertama, Mereka mencintai tandingan tandingan itu sebagaimana mereka mencintai Alloh. Mereka menetapkan cinta Kepada Alloh dan juga cinta kepada tandingan.
Kedua, Mereka mencintai tandingan tandingan itu sebagaimana orang mukmin mencintai Alloh. Kemudian dijelaskan, bahwa cinta orang- orang mukmin kepada Alloh lebih besar daripada cinta orang-orang yang mempunyai tandingan terhadap sesembahan tandingan itu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menguatkan pendapat pertama dan dia berkata, ‘mereka dicela karena membuat persekutuan antara Alloh dan sesembahan sesembahan mereka dalam cinta, dan mereka tidak memurnikan cinta itu seperti cinta orang orang Mukmin.
Maka ketika setiap kita akan menyalurkan cinta yang kita miliki mungkin pada istriistri kita, anak-anak, harta, kedudukan, wadah, komunitas tertentu, atau pada semua apa yang ada disekitar kita,cintaitu tetap merupakan bagian dari pembuktian cinta kepada Alloh,dan cinta karena-Nya. Sebab Hanya cinta kepada-Nya dan karena-Nya lah cinta yang sesungguhnya dan cinta yang akan kekal, karena Dia lah pemilik cinta, pemberi cinta dan pengatur cinta. Cinta kepada dan karenaAlloh bukanlah cinta fatamorgana atau cinta pembalut hawa durjana. Semakin lama ikatan cinta kepada Nya dan karena-Nyaakan semakin kuat ikatan jalinan cinta terpatri dalam jiwanya, semakin dalam batin menikmatinya, dan semakin kokoh ikatan ruhani merasakan kelezatannya, walaupun fisik lahir terlihat lemah, penat, letih bahkan saat luka tak berdaya.
Selalu Bersyukur, Bukti Cinta
KepadaAlloh
Istri tercinta kekasih setia seorang rosul yang mulia bertanya kepada sang suami, ketika terlihat kakinya luka dan memar memerah karena lamanya shalat malam saat bertaqarub. kepada Tuhannya, “Mengapa kakanda melakukannya? Bukankah Alloh kekasih tercinta sudah menganugerahkan ampunan Nya, baik yang lalu maupun masa yang akan datang?” Pertanyaan seorang kekasih yang mencintai suaminya dengan penuh luapan jiwa. Akan tetapi, cinta rasul mulia bukanlah cinta tiada makna. Kata-kata yang keluar dari lisannya merupakan luapan cinta yang ada di dalam jiwanya, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur (kepada Robb yang dicintainya)?”
Sebab-sebab untuk Mendapatkan
CintaAlloh
Adapun sebab-sebab untuk mendapatkan cintakepadaAlloh kadalah:
Pertama, Membaca Al-Qur’an dengan mendalami dan memahami maknanya.
Kedua, Taqorrub kepada Alloh dengan mengerjakan sholat-sholat nafilah setelah shalat fardhu, karena hal itu dapat mengantarkan seorang hamba kederajat orang yang dicintai setelah dia memilikicinta.
Ketiga, Senantiasa mengingat dan menyebut asma’-Nya dalam keadaan bagaimanapun, baik dengan lisan dan hati, saat beramal dan setiap keadaan. Cinta yang di dapatkanya tergantung dari dzikirnyaitu.
Keempat, Lebih mementingkan cinta kepada-Nya dari pada cintamu pada saat engkau dikalahkan hawa nafsu.
Kelima, Mengarahkan perhatian hati terhadap asma’ dan sifat-sifat Alloh, mempersaksikan dan mengetahuinya. Siapa yang mengetahui Alloh melalui sifat, asma’ dan perbuatan-Nya tentu dia akan mencintainya.
Keenam, Mempersaksikan kebaikan, kemurahan, karunia dan nikmat Alloh yang zahir maupun yang batin,karenahal itu dapat memupuk cinta kepada Alloh.
Ketujuh, Kepasrahan Hati Secara Total Kepada Alloh.
Kedelapan, Bersama Alloh pada saat Dia turun ke langit dunia, bermunajat kepadanya, membaca kalam-Nya, menghadap dengan segenap hati, memperhatikan adab-adab ubudiyyah (ibadah) di hadapan Nya. Kemudian menutup dengan istighfar dan taubat.
Kesembilan, Berkumpul dengan orang-orang yang sholih, mengambil dan mendengar nasehat dari mereka. Kesepuluh, Menyingkirakan segala sebab. yang dapat membuka jarak antara hati dengan Alloh.
Dengan sepuluh sebab ini, maka orang yang mencintai tentu akan sampai ke kedudukan cinta dan bergabung bersama kekasih. Ada hal yang tidak kalah pentingnya dari semua itu yaitu mempersiapkan ruh untuk mencapai keadaan ini dan membuka mata hati.
Inilah yang ditunjukkan oleh hadits Qudsi dari Rosululloh berdasarkan firmanAlloh, “Dan tiada bertaqarrub (mendekat) kepada-Ku seorang hamba-Ku Dengan sesuatu yang lebih kusukai dar ipada menjalankan kewajibannya. Dan tiada perbuatan nafilah hingga Aku mencintainya. Kalau Aku sudah mencintai nya, Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan Aku menjadi tangannya yang ia pergunakan memukul, dan Aku menjadi kakinya yang ia berjalan meminta perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku akan melindunginya.”