Keimanan yang benar itu harus memenuhi tiga syarat: Qoulun billisan (diucapkan denganlisan), tashdiqun bil qolbi (dibenarkan dalam hati), dan ‘amalun bilarkan (dibuktikan dengan amal perbuatan). Oleh karena itu belumlah sempurna keimanan seseorang jika hanya berupa pengakuan di lisan semata. Alloh berfirman yang artinya, “Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah: ‘Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Alloh dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat:14)
Dengan demikian, maka memurnikan ibadah hanya kepada Alloh dan memak simalkan dirinya dalam menggapai ridho Alloh merupakan tuntutan atas setiap Muslim. Alloh akan menolong hamba-Nya yang berbuat ikhlas dalam setiap gerak, maupun yang terbesit dalam hati.
Iman itu tidaklah berhenti pada pengakuan dan apa yang diucapkan oleh lisan. Orang orang Munafik berkata dengan lisan-lisan mereka bahwa mereka beriman kepada Alloh dan kepada hari akhir, namun ternyata Alloh sama sekali tidak mengakuinya.Alloh berfirman yang artinya,“Diantaramanusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Alloh dan Hari kemudian,’ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”(Al-Baqoroh:8)
Keimanan munafikin tertolak karena keimanan mereka adalah keimanan yang palsu; keimanan kamuflase; keimanan yang tidak sungguh-sungguh diyakini dan tertanam dalam jiwa. Alloh berfirman yang artinya, “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Alloh.Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.”(Al-Munafiqun:2)
Orang-orang munafik juga bersumpah dengan lisan-lisan mereka bahwa mereka beriman kepada Rosululloh , tetapi ternyata Alloh k menolak sumpah-sumpah mereka itu. Allohk berfirman yang artinya,“Apabila orangorang munafik datang kepadamu, mereka berkata: ‘Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosul Alloh’. Dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benarbenar Rosul-Nya; dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar benar orang pendusta.”(Al-Munafiqun:2) orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: ‘Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosul Alloh’. Dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benarbenarRosul-Nya; dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar benar orang pendusta.”(Al-Munafiqun:2)
Selalu Periksa Kondisi Keimanan
Kita
Bercerminlah pada diri sendiri saat menunaikan sholat wajib lima waktu, berzakat, dan amalan-amalan lain yang telah diwajibkan oleh Alloh ,apakah kita memiliki kekuatan untuk melakukan semuanya amalan ini karena Alloh sehinggaAllohkpunakanmemberikan balasan kekuatan yang lebih besar dalam menjalankankewajibandiduniaini? Terkikisnya iman seseorang yang dilatar belakangi cinta kepada dunia dan meremehkan urusan agama masih menjadi penyakit yang terus menggerogoti iman kaum Muslim dari dahulu sampai sekarang. Dan ironisnya, telah banya kkuan titas umat Islam,tetapidalam segi kualitas, mereka semakin jauh dari nilai Islam itu sendiri. Begitu banyak ulama yang menjual-belikan agamanya dengan dunia, dan mereka dikenal dengan istilah Ulama Su’ atau Syarrul Ulama’. Dan sepertinya keadaan tersebut, telah banyak dijumpai dalam kehidupan sekarang ini.
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, mereka berkumpul di masjid masjid, dan tidak ada diantara mereka itu yang betul-betul beriman.” (HR. AlHakim, isnadnya shahih) Hadits ini menjadi peringatan bagi kita yang hidup di akhir zaman agar selalu memeriksa kondisi keimanan. Hadits ini menegaskan pula bahwa keimananyang benar itu tidaklah berhenti pada apa yang nampak secara lahir; seperti mengerjakan shalat, berkumpul di masjid, membaca dzikir, berthalabul ilmi, dan lain sebagainya.
Berkat َHasan Al-Bashri
“Bukanlah iman itu dengan { engkau } berangan-angan, dan bukan pula dengan hiasan luar saja, akan tetapi iman itu adalah sesuatu yang bercokol dalam hati, dan membuktikannya dengan amalan.” (Syarah Hadits ke 35 Al-Arbain An-Nawawiyah, Syaikh Mansyur binMuhammad,hal314)
Ciri-Ciri Mukmin yang Sebenarnya
“Bukanlah iman itu dengan (engkau) berangan-angan, dan bukan pula dengan hiasan luar saja, akan tetapi iman itu adalah sesuatuyang bercokol dalam hati, dan membuktikannya dengan amalan.” (Syarah Hadits ke 35 Al-Arbain An-Nawawiyah, SyaikhMansyurbinMuhammad,hal314) Ciri-CiriMukminyangSebenarnya Keimanan yang benar adalah keimanan yang penuh keyakinan tanpa keraguan, serta dibuktikan dengan amal sholih. Alloh berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Alloh dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (AlHujurat:15)
SyaikhAbdurrohman bin Nashir as-Sa’di berkata: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman,” yakni secara hakiki, ialah “orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh.”Yakni,orangyang menyatukan antara keimanan terhadap Alloh dan Rosul-Nya dengan jihad di jalan-Nya; sebab orang yang menegakkan jihad terhadap kaum kafir itu menunjukkan kesempurnaan imannya di dalam hati. Sebab orang yang memerangi kaum kafir atas nama Islam dan iman serta menunaikan syariat syariat Alloh itu, tentu sudah pasti telah berjihad terhadap dirinya sendiri. Orang yang tidak mampu berjihad menunjukkan kelemahan imannya.
Dalam beriman, Alloh mensyaratkan tidakadanyakeraguan,karenaimanyang bermanfaat itu adalah tekad bulat dan keyakinan terhadap perintah Alloh untuk beriman padaNya yang tidak disertai dengan keraguan sedikitpun.
Firman Allah, “Mereka itulah orangorang yang benar,” yakni, orang-orang yang membuktikan keimanan mereka dengan perbuatan-perbuatan baik. Kejujuran adalah pengakuan besar terhadap segala hal yang diakui, dan orang yang jujur memerlukan hujjah dan bukti, dan bukti terbesar adalah klaim keimanan yang merupakan pusat kebahagiaan dan kemenangan abadi, maka siapa pun yang mengaku beriman dan mengerjakan kewajiban serta keharusan iman, maka ia adalah orang jujur dan Mukmin sejati…” (TaisirAl-KarimAr-Rahman, hlm. 947)
Alloh juga telah menyebutkan ciriciri Mukmin yang sebenarnya dalam Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 2 sampai 4. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal…” (Al-Anfal: 2 Ayat ini menyebutkan kondisi hati seorang Mukmin:
Pertama, Bergetarnya hati jika
disebut nama Alloh
Seorang Mukmin jika disebutkan nama dan sifat-sifat Alloh di depan mereka, maka hati mereka menjadi takut karena tunduk pada keagungan-Nya dan takut siksaan-Nya serta berharap pahalaNya. Hal ini karena mereka telah mengenal Alloh dengan benar dan memuliakan-Nya dengan pemuliaan yang sesungguhnya.
Kedua, Bertambah keyakinannya
jika dibacakan ayat-ayat-Nya
Mereka adalah orang Mukmin yang memiliki keyakinan yang kokoh, bersegera dalam mengerjakan amal sholih, dan keluasan ilmu yang mereka miliki. Ini merupakan dalil yang paling penting bahwa keimanan dapat berkurang dan bertambah.
Ketiga,Hanya bertawakkal kepada-Nya
tidak berharap kepada selainNya, tidak menghadap kecuali kepadaNya, tidak meminta hajat kecuali dariNya, dan mereka mengetahui bahwa segala yang Dia kehendaki akan terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Ayat selanjutnya menyebutkan kebiasaan lahiriah seorang Mukmin sebagai implementasi keimanannya itu, “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menaĤahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”(Al-Anfal:3)
Keempat, Mendirikan Sholat
Mendirikan sholat itu bukan sekadar mengerjakan shalat. Mendirikan sholat adalah menunaikan sholat dengan merealisasikan hakikatnya. Yaitu, penunaian yang sempurna dan sesuai dengan posisi seorang hamba yang sedang mengabdikan diri di hadapan Al-Ma’bud (Robb yang disembah) Jadi, bukan sekadar membaca, berdiri, ruku, dan sujud, sedang hatinya lalai.Sholat dalam wujudnya yang sempurna menjadi bukti riil adanya iman.
Kelima, Menahahkan sebagian rezeki
Baik yang berupa zakat maupun nonzakat. Maka, apa yang mereka naĤahkan itu adalah sebagian dari rezeki Yang Maha Pemberi rezeki yang diberikan-Nya kepada mereka. Mereka menyadari bahwa sama sekali mereka tidak pernah menciptakan harta ini. Tetapi, harta itu diberikan Alloh kepada mereka di samping rezeki-rezeki lain yang tak terhitung nilainya. Apabila mereka memberikan infak, maka yang merekainfakkan itu hanya sebagian saja dari rezeki itu. Sedangkan, sebagian yang lain mereka pergunakan untuk keperluan mereka sendiri. Semua itu adalah rezeki dari Alloh semata.
Itulah sifat-sifat iman yang ditetapkan Alloh dalam ayat-ayat ini. Berikutnya Alloh menegaskan, “Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”(Al-Anfal:4)
Demikianlah orang-orang beriman yang sebenarnya. Untuk itu, marilah kita terus berupaya menyempurnakan keimanan kita, bukan hanya sebatas ucapan di lisan, tapi harus menghujam di dalam kalbu dan terealisasikan dalam bentuk amal sholeh.