Sebagai seorang muslim kita menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, kita akan segera melanjutkan perjalanan hidup kita menuju kampung akherat. Namun bagaimana keadaan kita diakherat nanti,tergantung amal yang kita lakukan didunia ini. Dari sini, maka seluruh nikmat yang dianugerahkan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala seyogyanya kita investasikan untuk negeri akherat tanpa melupakan bagian kita di dunia, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”(Al-Qashash:77)
BERINVETASI UNTUK AKHERAT TANPA MELUPAKAN DUNIA
Ketika menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir Rahimahullah berkata,
‘Maksudnya, gunakanlah harta yang berlimpah dan nikmat yang bergelimang sebagai karunia Alloh kepadamu ini untuk bekal ketaatan kepada Robbmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan berbagai amal pendekatan diri kepada-Nya, yang dengannya kamu akan memperoleh pahala di akhirat.’
Walaupun kita diperbolehkan menyalurkan sebagian nikmat untuk perkara yang dihalalkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala di kehidupan dunia ini,
‘Yakni yang dihalalkan oleh Alloh berupa makanan, minuman, pakaian, rumah dan perkawinan. Karena sesungguhnya engkau mempunyai kewajiban terhadap Tuhanmu,dan engkau mempunyai kewajiban terhadap dirimu sendiri, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap keluargamu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap orang-orang yang bertamu kepadamu, maka tunaikanlah kewajiban itu kepada haknya masing-masing.'(Lihat Tafsir Ibnu Katsir,6/109)
DUNIA HANYA SEMENTARA
Berinvestasi untuk akherat berdiri di atas keyakinan, dunia ini hanya sementara, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah Negeri yang kekal.”(Ghâfir/al-Mukmin:39)
Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahkan membuat satu tamtsil (perumpamaan), “Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya.” (HR. Ahmad, I/391, 441 dan at-Tirmidzi, no. 2377; Ibnu Mâjah, no. 4109 dan al-Hâkim, IV/310)
Oleh karena itu, jangan silau dengan orang-orang yang dilapangkan hartanya, karena kekayaan harta bukan tolak ukur kemuliaan seseorang di dunia, “Dan janganlah engkau panjangkan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, itu hanya (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (Thaha: 131)
Kalaupun diperbolehkan iri adalah pada orang yang ketika dilapangkan harta , ia berinvestasi un tuk akheratnya. Mari kita simak riwayat dari Ibnu Umar Radhiallahu’anhuma berkata, bahwa Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Alloh (kemampuan membaca/menghafal AlQur’an). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Alloh, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.”(HR Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
BERSIKAP SEPERTI MUSAFIR
Di kehidupan dunia ini, seharusnya kita bersikap seperti musafir, meyakini di dunia tak selamanya, suatu saat nanti, ia akan melanjutkan perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih kekal. Dari Ibnu Umar Radhiallahu’anhuma, ia berkata, ‘Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda,
‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati).”
Ibnu Umar Radhiallahu’anhuma kemudian meresponnya dengan untaian nasehat,
“Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR Al-Bukhâri, no. 6416; atTirmidzi, no. 2333; Ibnu Mâjah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibbân, at-Ta’lîqâtul Hisân– no. 696)
JADIKAN DUNIA SEBAGAI SANARA
Karena di dunia tidak selamanya,maka ketika dilapangkan harta, jadikan ia sebagai sarana untuk menggapai kesuksesan diakherat kelak,sebagaimana sabda Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
“ Sesungguhnya cukup bagimu mengumpulkan harta sebagai pelayan dan kendaraan dijalan Alloh.”(HRAhmad,5/290)
TAK LEBIH BERHARGA DARI SAYAP NYAMUK
Hari ini orang berburu dunia,seakan ia adalah segalanya. Padahal dunia ini tidak ada harganya, sehingga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala bagikan baik pada yang beriman maupun pada yang ingkar kepadanya. Dari Sahl bin Sa’ad dia berkata bahwa Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Seandainya dunia itu disisi Alloh sebanding dengan sayap nyamuk tentu Alloh tidak mau memberi orang orang kafir walaupun hanya setegukair.”(HRTirmidzino.2242)
DUNIA INI BARU BERNILAI KETIKA IA GUNAKAN UNTUK INVESTASI AKHERAT
Untuk direnungkan….
Ada satu riwayat yang sepantaskan dijadikan bahan renungan bagi kita. Dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Didatangkan penduduk neraka yang paling banyak nikmatnya di dunia pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan ke neraka dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan sedikit saja? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sedikit saja?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Alloh, wahai Robb-ku.” Didatangkan pula penduduk surga yang paling sengsara di dunia. Kemudian ia dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan keburukan sekali saja? Apakah engkau pernah merasakan kesulitan sekali saja?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Alloh, wahai Robb-ku! Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali dan aku tidak pernah melihatnya tidak pula mengalamminya.”(HR. Muslim no 2807)
NASEHAT ULAMA
Imam Syafi’i Rahimahullahullah berkata : “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Alloh ada yang cerdas, mereka meninggalkan dunia dan takut terhadap fitnah-fitnah. Ketika mereka memandang hakikat dunia, maka mereka tahu bahwasanya dunia bukanlah tempat tinggal yang sesungguhnya. Mereka menjadikan dunia sebagai ombak yang bisa menenggelamkan, dan lantas mereka menjadikan amal saleh sebagai kapal yang menyelamatkan mereka dari dunia.” (DiwanAsy-Syafi’i, (1/84-85)