Bulan suci Romadhon merupakan kesempatan bagi kita untuk memperbanyak amal soleh karena tidak semua orang yang berpuasa dibulan suci Romadhon ini mendapatkan kemuliaan dan ketakwaan. Harapan untuk mendapatkan ketakwaan hanya dapat dicapai apabila seorang Muslim bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah puasa kita.
Berikut ini diantara amalan pokok di bulan Romadhon:
- MENINGKATKAN SHOLAT
Menjalankan sholat lima waktu menjadi sarana seorang hamba agar selalu mengingat Tuhannya yang telah memberikan banyak kenikmatan. Alloh subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Aku ini adalah Alloh, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.”(Thoha:14) Dibulan suci Romadhon ini, menambah ibadah sholat dari yang sekedar fardhu dengan mengerjakan yang sunnah, memiliki keutamaan sendiri. Karena itu, amalkan sholat sunnah seperti dhuha, tahajjud, sholat di antara adzan dan iqamah, tahiyatul masjid, tarawih dan witir. Termasuk juga 12 rakaat rawatib yaitu 2 rakaat sebelum Subuh, 4 rakaat sebelum dan 2 rakaat sesudah Dzuhur, 2 rakaat sesudah Maghrib, dan 2 rakaat sesudah Isya. Apabila konsisten melaksanakan 12 rakaat sholat rowatib selama hidup, maka akan dibangunkan baginya satu rumah disurga. Sedangkan 4 rakaat sebelum Ashar tidak masuk kedalam rawatib, melainkan mutlak dan memiliki keutamaan sendiri. - BERPUASA
Pada bulan Romadhon, puasa menjadi ibadah wajib yang harus dilakukan oleh semua kaum muslim yang mampu. Romadhon akan dilipatkan mulai dari 10 kali lipat hingga 700 kali lipat kecuali puasa. Sebab, Alloh Subahanahu Wa Ta’ala sendiri yang akan membalasnya.
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi yang artinya:
“Semua amal perbuatan anak Adam (manusia) itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya.”
Rosululloh ﷺ juga bersabda:
”Barang siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka Allah akan menghapuskan dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
- BERINFAK
Kedatangan bulan Romadhon setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang Mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini. Pahala diobral, ampunan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali menyambut Romadhon dengan memaksimalkan amalan soleh di dalamnya.
Salah satu pintu yang dibuka oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala untuk meraih keuntungan besardari bulan Romadhon adalah melalui infak. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak berinfak. Dan bulan Romadhon, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Alloh dan Rosul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah.
Infakkan apa yang kita punya walau sedikit. Contohnya berinfak dengan memberikan makanan untuk buka puasa kepada orang sedang berpuasa. Nabi Muhammad ﷺ adalah orang yang sangat dermawan dan lembut. Beliau bertambah kedermawanannya ketika bulan Romadhon.
- PERBANYAK INTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN
Bulan Romadhon dikenal sebagai Syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’an). Karena Alloh Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan Al-Qur’an pada bulan ini, di salah satu malamnya, yaitu Lailatul Qadar. Dengan sebab ini membaca Al-Qur’an pada bulan Romadhon memiliki keistimewaan lebih dan menjadi sarana penyempurna shiyam. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Al-Baqoroh: 185) Karenanya, hendaknya setiap muslim memperbanyak qira’atul Qur’an di bulan Romadhon. Sebagaimana Rosululloh ﷺ meningkat tilawah beliau di Romadhon. “Adalah Nabi ﷺ orang yang paling pemurah dalam kebaikan. Beliau akan semakin dermawan pada Romadhon saat Jibril mendatanginya dan mengaji AlQur’an dengannya. Adalah Jibril mendatanginya setiap malam dari malam-malam bulan Romadhon dan memperdengarkan Al-Qur’an darinya.” (HR.Al-Bukhori dan Muslim) Kedatangan Jibril untuk mengaji AlQur’an bersama Nabi ﷺ pada malammalam Romadhon menunjukan pentingnya membaca Al-Qur’an di bulan penuh berkah ini. Ibnu Rojab Rahimahullah berkata, “Hadits tersebut menunjukkan sunnahnya mengkaji AlQur’an pada bulan Romadhon, berkumpul untuk mengkajinya. Di dalamnya juga terdapat dalil anjuran memperbanyak tilawah Al-Qur’an pada malam Romadhon, karena pada malam hari kesibukan telah habis, tekad menguat, sementara hati dan lisan bersatu untuk merenungkan, sebagaimana firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya, “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (AlMuzzammil:6) Umumnya orang malas membaca AlQur’an di luar Romadhon. Sampaisampai sepanjang tahun mereka hanya menghatamkan Al-Qur’an sekali. Bahkan ada yang selama 11 bulan hanya setengahAl-Qur’an. Dan ada yang lebih sedikit dari itu. Tapi saat datang Romadhon mereka semangat membaca Al -Qur’an, bahkan ada yang dalam satu bulan menghatamkannya sekali, dua kali,atau lebih dari itu.
Imam asy-Syafi’i Rahimahulllah, pada bulan Romadhon menghatamkan Al-Qur’an sampai 60 kali dan itu di luar sholat. Imam Qatadah Rahimahullah senantiasa Menghatamkan setiap tujuh hari sekali. Pada bulan Romadhon setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir, menghatamkannya setiap malam.
Kebiasaan para ulama terdahulu, mereka membaca Al-Qur'an dengan direnungkan dan dipahami isinya. Mereka sangat terpengaruh dengan kalamullah dan hati mereka terenyuh. Dalam shohih al-Bukhori, dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu’anhu berkata: Rosululloh ﷺ bersabda, "Bacakan untukku." Aku menjawab, "Apa aku pantas membacakan Al-Qur'an kepada anda, sedangkan kepada andalah AlQur'an ini diturunkan?". Beliau bersabda, "Sungguh aku senang mendengarkan Al-Qur'an dari selainku." Dia berkata, "Aku membaca surah al-Nisa' sehingga ketika aku sampai firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya: “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rosul) dari tiap-tiap umat dan kami mendantangkanmu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (An-Nisa': 41). Beliau bersabda: "cukup!". Lalu beliau berbalik, tiba-tiba kedua matanya sudah basah.