KEUTAMAAN PUASA SYAWAL

Untuk mendapatkan kecintaan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan mendekatkan diri kepada-Nya adalah dengan mengerjakan amalan sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara amalan sunnah di bulan syawal ini adalah mengerjakan puasa sunnah yang Nabi n anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Romadhon) yaitu puasa enam hari di bulan Syawal. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda dalam hadits Qudsi yang artinya :
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.”(HR.Al-Bukhari)

Jumhur (mayoritas) Ulama berpendapat bahwa disunnahkan puasa enam hari di bulan syawal. Puasa Syawal adalah puasa yang dilakukan untuk menyempurnakan Puasa Romadhon. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)

KEUTAMAAN PUASA SYAWAL

  1. Menyempurnakan Ibadah yang Wajib.
    Salah satu faedah dari ibadah sunnah adalah sebagai penyempurna ibadah yang
    wajib. Tak terkecuali dengan puasa syawal ini, apabila selama kita menjalankan puasa
    Romadhon, banyak kekurangan yang tidak tahu. Maka cara menyempurnakannya
    adalah dengan menjalankan ibadah puasa sunnah. Ibnu Rojab menjelaskan keutamaan puasa Syawal sebagai berikut, ‘Puasa Syawal
    merupakan tanda keteguhannya dalam beramal sholih, karena amal sholih tidaklah
    terputus dengan selesainya Romadhon, tetapi akan terus berlangsung selagi hamba
    tersebut masih hidup.'(Latho’ifulMa’arif)
  2. Dengan menunaikan puasa enam hari di bulan Syawal, akan mendapatkan keutamaan
    seperti puasa selama setahum penuh.
    Dari Tsauban z, bahwa beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
    “Barang siapa berpuasa enam hari setelah Hari Raya Idul Fithri, maka seperti berpuasa
    setahun penuh. Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kali
    lipatnya.” (HR. Ibnu Majah, An-Nasa’i dan selainnya dan dishohihkan oleh Syaikh
    AlAlbanidalam Irwa’ulGholil,4/107)
  3. Tanda diterimanya amalan di Bulan Romadhon
    Jika Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan menunjuki pada amalan
    sholih selanjutnya. Jika Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menerima amalan puasa Romadhon, maka Dia akan
    tunjuki untuk melakukan amalan sholih lainnya, di antaranya puasa enam hari di bulan
    Syawal. Hal ini diambil dari perkataan sebagian salaf :
    “Di antara balasan kebaikan adalah Kebaikan selanjutnya dan diantara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”

Al-Hafidz Ibnu Rojab berkata, ‘Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barang siapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.’ (Latho-if Al Ma’arif,hal.394)

  1. Puasa akan memberikan Syafa’at bagi yang Melakukannya
    Dari ‘Abdullah bin ‘Amr , Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
    “Puasa danAl-Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan berkata, ‘WahaiRobbku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata, ‘Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafa’at keduanya diperkenankan.”
  2. Sebagai bentuk Bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
    Seyogyanya kita senantiasa memperbanyak rasa syukur karena banyaknya ampunan di bulan Romadhon yang telah kita lalui. Rasa syukur haruslah diwujudkan setiap saat dan bukan hanya sekali saja ketika mendapatkan nikmat. Namun setelah mendapatkan satu nikmat, kita butuh pada bentuk syukur yang selanjutnya. Di penghujung Romadhon (di hari Idul fithri), kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan mengangungkan Alloh k melalu bacaan takbir ”Allohu Akbar”. Ini juga di antara bentuk syukur sebagaimana Alloh kberfirman yang artinya, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Alloh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (AlBaqarah:185)
  3. Menunjukan Kontiunitas Amal Sholeh
    Sebagian manusia begitu bergembira dengan berakhirnya bulan Romadhon karena mereka merasa berat ketika berpuasa dan merasa bosan ketika menjalaninya. Siapa yang memiliki perasaan semacam ini, maka dia terlihat tidak akan bersegera melaksanakan puasa lagi setelah Romadhon karena kepenatan yang ia alami. Jadi, apabila seseorang segera melaksanakan puasa setelah hari ‘ied, maka itu merupakan tanda bahwa ia begitu semangat untuk melaksanakan puasa, tidak merasa berat dan tidak ada rasa benci.

Ada sebagian orang yang hanya rajin ibadah dan shalat malam di bulan Romadhon saja, lantas dikatakan kepada mereka :
‘Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Romadhon saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun.’

Amalan seorang mukmin barulah berakhir ketika ajal menjemput.Al-HasanAl-Bashri v mengatakan, ‘Sesungguhnya Alloh k tidaklahmenjadikan ajal(waktuakhir) untuk amalan seorang mukmin selain kematian.’ Lalu beliau membaca firman Alloh kyang artinya, ”Dan sembahlah Robbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).”(AlHijr:99)
Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan mayoritas ulama mengatakan bahwa ”al yaqin” adalah kematian. Dinamakan demikian karena kematian itu sesuatu yang diyakini pasti terjadi.

HARUSKAH PUASA ENAM HARI TERSEBUT DILAKUKAN BERTURUT- TURUT ?

Jawabannya, tidak harus berturut-turut dalam melakukannya, tidak pula mesti dilakukan di awal bulan Syawal. Siapa saja yang menunaikan puasa tersebut secara terpisah-pisah atau dilakukan di akhir bulan, maka puasanya tersebut sah selama berjumlah enam hari di bulan Syawal. Demikian inilah yang ditegaskan oleh para ulama Syafi’iyyah, Hanabilah dan yang selain mereka. Namun yang lebih afdhol (utama) Adalah dilakukan segera setelah 1 Syawal dan dikerjakan secara berturut-turut.

Al-Imam An-Nawawivmengatakan, “Disunnahkan melakukan puasa Syawal, lebih afdhol dilakukan berturutturut.”(MinhajAth-Tholibin1:440)

Imam Ar-Romli v mengatakan,
“Mengerjakan puasa Syawal berturutturut sehari setelah Idul Fithri lebih afdhol dikarenakan: Pertama: lebih segera dalam melakukan ibadah, Kedua: supaya tidak bertemu dengan halangan yang membuat sulit untuk berpuasa.” (NihayahAl-Muhtaj, 3: 315)

MANA DULU ; PUASA SYAWAL DAHULU ? ATAU PUASA QODHO ?

Orang yang akan menunaikan puasa enam hari di bulan Syawal, apakah diharuskan menyempurnakan puasa Romadhonnya lebih dulu, yakni dengan membayar hutang puasa Romadhonnya,ataukahbolehlangsung berpuasa Syawal meskipun masih punya hutang puasa Romadhon?

Boleh bagi seseorang mendahulukan puasa Syawal dibanding Qodho R o m a d h o n , a p a l a g i d e n g a n pertimbangan mengqodho Romadhon memiliki luang waktu yang luas sampai sebelum Romadhon tahun depan, sedangkan puasa Syawal waktunya terbatas, sebagaimana dijelaskan sebagian ulama. Demikian ini jika bicara boleh atau tidaknya.

Tetapi, mana yang lebih utama di antara keduanya?

Secara logika mudahnya tentu puasa Qodho lebih utama ditunaikan, sebab puasa Qodho hukumnya wajib, sedangkan puasa Syawal adalah sunnah, tentunya yang wajib mesti didahulukan dibanding yang sunah. Lalu, jika wafat dalam keadaan belum menjalankan yang wajib tentu akan menjadi hutang. Sedangkan hal itu tidak terjadi pada ibadah sunah, yang jika ditinggalkan dia tidak berdosa, tidak berhutang, namun juga tidak mendapatkan pahala.

Atas dasar inilah, maka mulailah dengan mengqodho puasa Romadhon terlebih dahulu, lalu setelah itu berpuasa sunnah enam hari.WallohuA’lam

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori
Share