SYA’BAN MUQODDIMAH ROMADHON

     Bulan Sya’ban adalah bulan ke-8 dari nama-nama bulan kalender Hijriyah, setelah bulan Rojab dan sebelum Romadhon. Bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena di saat penamaan bulan ini banyak orang Arab yang berpencar-pencar mencari air atau berpencar-pencar di gua-gua setelah lepas bulan Rojab. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Rahimahullah mengatakan:

“Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rojab AlHaram. Sebab penamaan ini lebih baik dari yang disebutkan sebelumnya. Dan disebutkan sebab lainnya dari yang telah disebutkan.” (Fathul-Bari: IV/213, Bab ShaumiSya’ban)

      Diantara keutamaan Sya’ban disebutkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Radhiallahu’anha bahwasanya dia berkata, ‘Ya Rosululloh! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan di banding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab:

“Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rojab dan Romadhon. Dia adalah bulan amalan amalan di angkat menuju Robb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa.” (HRAn-Nasai no. 2357. Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahih Sunan An-Nasai)

PROSES PELAPORAN AMAL
Proses pelaporan amal kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadits terjadi tiga kali,yaitu:

1. PELAPORAN AMAL HARIAN
     Yaitu terjadi dua kali dalam sehari: pagi saat sholat subuh, dan sore saat sholat asar. Dalilnya, hadis dari sahabat Abu Huroiroh Radhiallahu’amhu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Para Malaikat dimalam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat sholat Subuh dan sholat Ashar, kemudian para malaikat yan mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Alloh menanyakan kepada padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, “Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan sholat.”(HR.Ahmad8341, Bukkhar i555,Muslim1464 dan yang lainnya)

2. PELAPORAN AMAL PEKANAN
    Terjadi setiap hari Senin dan Kamis. Abu Hurairah Radhiallahu’anhu mengabarkan, ‘Aku pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda, “Amalan-amalan manusia dilaporkan kepada Allah serial hari Kamis malam Jumat. Orang yang memutus tali silaturahmi, amalannya tidak akan diterima.” (HR. AlBukhori dan Muslim)

Dari Riwayat Tirmidzi dijelaskan :
     “Amalan manusia dilaporkan kepada Allah Setiap hari Senin dan Kamis. Dan aku suka saat amalku dilaporkan,kondisi kusedang puasa.”

3. PELAPORAN TAHUNAN
     Nah inilah yang terjadi di bulan Sya’ban. Sebagaimana yang disebutkan pada hadits tersebut di atas. Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullah menjelaskan, ‘Amalan manusia dalam satu tahun, diangkat pada bulan Sya’ban. Sebagaimana dikabarkan oleh As-Shodiqul Mashduq (Orang yang jujur lagi dibenarkan,yakni Rosululloh ﷺ ) bahwa Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal. Demikian pula amalan dalam sepekan dilaporkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis. Adapun amalan (harian) siang dilaporkan di penghujung siang sebelum malam tiba. Dan amalan malam dilaporkan di penghujung malam sebelum tibanya siang. Pelaporan amal harian, lebih khusus daripada pelaporan amal tahunan. Ketika ajal seseorang datang, seluruh amal perbuatan yang dia lakukan di selama hidupnya, akan diangkat seluruhnya. Kemudahan lembaran catatan amalnya akan digulung.” (Dikutip secara ringkas dari Hasyiyah Ibnul Qoyyim ‘alas Sunan Abi Dawud, 12/313)

    Penjelasan yang sama juga beliau utarakan saat beliau ﷺ menerangkan alasan puasa di hari Senin dan Kamis. Demikian pula para generasi salaf dahulu, mereka selalu ingin tampil lebih baik, lebih istimewa di hadapan Alloh, saat moment pengangkatan amal. Sampaisampai mereka khawatir jika keadaan mereka saat itu tidak sedang baik. Ibnu Rojab dalam Latho-iful Ma’arif menyebutkan kisah sebagianTabi’in,yang setiap hari Kamis menangis curhat kepadaistrinya,demikianpulasebaliknya Sang Istri menangis dipangkuan suaminya, seraya berkata, “Hari ini… amalan kita dilaporkan kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.”(Latho-iful Ma’arifhal.191)

AMALAN – AMALAN DI BULAN SYA’BAN
   Karena sya’ban adalah bulan dimana amalan-amalan kita dilaporkan, maka sepantasnya kita lebih semangat beramal di bulan ini. Di sisi lain, amalan-amalan yang kita lakukan di bulan Sya’ban ini menjadi ajang latihan sebelum kita memasuki bulan Ramadhan. Amalan-amalan yang dianjurkan di bulan Sya’ban diantaranya:

1. MEMPERBANYAK PUASA SUNNAH
     Dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, beliau mengatakan, “Rosululloh ﷺ biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rosululloh ﷺ berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Romadhon. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak dari pada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Al-Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

Dari Ummu Salamah Radhiallahu’anha, beliau mengatakan, “Nabi ﷺ dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Romadhon.” (HR. Abu Daud dan AnNasa’i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

2. BANYAK MEMBACA AL-QURAN
     Membaca Al-Qur’an mulai diperbanyak dari awal bulan Sya’ban , sehingga ketika menghadapi bulan Romadhon, seorang muslim akan bisa menambah lebih banyak lagi bacaan Al-Qur’an-nya. Salamah bin Kuhail Rahimahullah berkata, “Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para qurra’ (pembaca Al-Qur’an).” Begitu pula yang dilakukan oleh ‘Amr bin Qais Rahimahullah apabila beliau memasuki bulan Sya’ban beliau menutup tokonya dan mengosongkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an. (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab AlHanbalihal.138)

3. MEMBAYAR HUTANG PUASA { KHUSUSNYA UNTUK MUSLIMAH }
    Amal berikutnya pada bulan Sya’ban ialah melunasi hutang-hutang puasa, khususnya bagi wanita yang masih belum selesai mengqodho’ puasa Romadhon sebelumnya. Demikian pula bagi kita untuk mengingatkan keluarga kita agar memanfaatkan Sya’ban bagi yang belum selesai meng-qadha puasanya. Aisyah Radhiallahu’anha berkata, ‘Aku punya hutang puasa Romadhon, aku tak dapat mengqodhonya kecuali di bulan Sya’ban, karena sibuk melayani Nabi ﷺ .'(HR.Al-Bukhori)

BULAN SYA’BAN PEMBUKAAN BULAN ROMADHON
    Al-Hafizh Ibnu Rojab Rahimahullah berkata, ‘Karena bulan Sya’ban itu seakan seperti pembukaan bulan Romadhon, maka pada bulan tersebut disyariatkan amalan-amalan yang disyariatkan pada bulan Romadhon, seperti puasa dan membaca al-Qur’an. Hal ini agar siap menyambut Romadhon dan jiwa menjadi terlatih dalam ketaatan kepada ar-Rohman.’ (Latha-if al Ma’arif fima li mawasimal-‘Amminal-Wazha-ifhal:258)
 

Amru bin Qois Rahimahullah  menuturkan:
   ‘Sungguh beruntung bagi siapa yang memperbaiki dirinya sebelum masuk Romadhon.'(LathoifAl-Ma’arif,hal.138)

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori
Share